Rakyat Merdeka — Kelompok etnis terbesar di Afrika Selatan, Zulu, akan mengadakan upacara perpisahan untuk raja mereka, Goodwill Zwelithini, pada Kamis (18/3/2021). Zwelithini telah setengah abad memimpin Zulu dan dikenal sebagai tokoh karismatik, tetapi juga kontroversial.
Ia yang menjadi raja terlama dalam sejarah etnis Zulu, meninggal pada Jumat (12/3/2021) setelah 50 tahun naik takhta. Di bawah tradisi pemakamanan Zulu, raja yang mangkat harus di kebumikan oleh beberapa pria yang terpilih, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (16/3/2021).
Sebuah acara yang oleh istana disebut sebagai “penanaman” jenazahnya dari pada penguburan. Zulu terkenal dengan budayanya yang dinamis, terutama tarian perang kuno yang tak lekang oleh waktu dan memukau yang dibawakan dengan hentakan kaki yang ritmis.
Mendiang raja memancarkan citra seorang kepala suku tradisional, biasanya mengenakan penutup dada dari kulit macan tutul ponco dan memegang otoritas spiritual yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Dia berbicara dengan para pemimpin politik yang kuat, dan tampil di depan umum bersama Nelson Mandela.
Dia juga mendapat kunjungan dari Presiden Cyril Ramaphosa dan mantan presiden Jacob Zuma, di mana mereka terlihat melakukan tarian perang Zulu yang mencekam, yang dikenal sebagai “umzansi.”
Meskipun, dia tidak memiliki kekuasaan eksekutif di bawah sistem Afrika Selatan, dia masih memiliki pengaruh moral terhadap lebih dari 11 juta orang Zulu, hampir seperlima dari populasi negara itu.
Pada runtuhnya apartheid, para pemimpin tradisional diakui secara konstitusional dan mereka terus memainkan peran simbolis dan spiritual yang penting. Mereka menasihati legislator dan memiliki suara dalam budaya, pengelolaan lahan dan administrasi peradilan di wilayah mereka. Raja Zulu tetap yang paling berpengaruh dari semua pemimpin tradisional ini.
Penerus raja Untuk saat ini, kerahasiaan menyelubungi identitas penerus raja Zwelithini. Namun, biasanya raja adalah anak laki-laki tertua yang lahir dari istri tertua dari enam istrinya, dengan siapa dia menjadi ayah dari 28 anak. Namun putra pertamanya, Pangeran Lethukuthula Zulu, tewas pada usia 50 November lalu di rumahnya di Johannesburg.
Ini adalah “faktor yang memperumit” bahwa orang yang kemungkinan besar akan menjadi raja yang “ditunjuk” sudah meninggal, kata Somadoda Fikeni, seorang ahli warisan budaya.
Sejarawan dan analis budaya Ntuli Pikita mengatakan bahwa istana akan menggunakan “cara yang sangat rumit” untuk memilih penerus, lingkaran dalamnya harus sudah tahu siapa raja berikutnya.