Rakyatmerdeka.co – News Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Masardi menyatakan aksi makar seutuhnya adalah masalah politik. Oleh karenanya, aparat penegak hukum seperti polisi dinilai tidak berwenang mengurus masalah itu serta tidak dapat semena-mena menuduh makar.
” Makar itu 100 % masalah politik. Polisi tak bisa sebut makar, dikarenakan makar itu mesti ada konstruksinya, ada eksekutor politiknya, ada mekanisme politiknya juga, ” tutur Adhie dalam satu diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/12).
Selanjutnya Adhie menjelaskan, polisi cuma berwenang menjaga keselamatan presiden, bukan keselamatan kekuasaannya. Penangkapan yang dikerjakan polisi pada beberapa orang yang di antaranya tokoh yang disangka ingin lakukan makar itu, menurut dia, yaitu aksi diluar konteks negara berdemokrasi.
Terutama tindakan makar bukan hal yang gampang untuk dilakukan. Polisi, kata dia, harusnya dapat menerangkan kondisi yang terjadi supaya orang-orang dapat berbuat lebih bijaksana.
” Kita sebagian santai sajalah, sistem impeacment kan susahnya luar biasa, ” kata Adhie.
Disamping itu, politikus Partai Gerindra Ferry Juliantono menilainya aparat penegak hukum terlalu berlebihan memaknai tindakan makar dalam demo kemarin. Bahkan juga istilah itu sudah digembar-gemborkan mulai sejak aksi 4 November lalu.
Baca Juga : ” Bundaran HI Dipadati Aksi Kita Indonesia ”
Kecemasan itu yang membuat polisi kemudian membingkai demo pada persepsi makar. Meskipun sebenarnya, menurut dia, peserta demo dengan cara tegas menyebutkan penuntutan pada Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama dengan kata lain Ahok berkaitan kasus dugaan penistaan agama.
” Masalah ini tidak bisa dilepaskan dari Ahok Saya yakini Presiden Jokowi awalannya juga membela Ahok. Namun pada akhirnya presiden mengalah dengan ada bersama pengunjuk rasa. Jadi harusnya tak ada lagi yang khawatir dengan mengaitkan pada makar, ” katanya.
Dia juga menyesalkan penangkapan 10 tokoh yang disangka menginginkan jalankan makar. Penangkapan yang dikerjakan pada pagi hari itu dikira tidak relevan dengan saat saat ini. Bahkan juga Ferry menyebutnya dengan arti penculikan.
” Lebih tepatnya penculikan subuh, jam enam pagi di panggil dengan tuduhan makar. Saya kira polisi berlebihan. Rasa-rasanya tidak mungkin mereka makar, kalau kritis ya tidak apa-apa dong, ” papar Ferry