RAKYAT MERDEKA — Fakta baru di beberkan pihak kepolisian terkait kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di apartemen daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Dua anak yang ikut tewas yakni JWA (13) dan JL (16), terungkap sudah satu tahun tak bersekolah.
“Si anak kan sudah tidak terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan,” terang Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan pada awak media, Senin (18/3).
“Satu tahun enggak sekolah, dua-duanya,” tambahnya.
Meski demikian, Gidion mengatakan pihaknya belum tahu apa alasan kedua anak tersebut harus putus sekolah.
Dalam kasus ini Gidion menyampaikan, pihaknya sudah memeriksa 12 orang saksi. Belasan saksi itu, lanjutnya, merupakan keluarga dari keempat korban tewas itu.
Menurut keterangan para saksi terungkap juga fakta bahwa keempat korban ini cenderung tertutup dengan keluarga besarnya. Mereka bahkan sudah lama tak berkomunikasi dengan keluarga besar.
“Ini sudah enggak komunikasi ya. Enggak komunikasi lama sudah ada dua tahun enggak komunikasi dengan keluarganya,” ucapnya.
Aksi Bunuh Diri
Satu keluarga yang terdiri dari empat orang ditemukan tewas diduga melakukan aksi bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Tower Topaz, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Sabtu (9/3).
Keempatnya adalah pria berinisial EA (50), perempuan AIL, laki-laki JWA (13) dan perempuan JL (16).
Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya menyebut, keempat korban tiba di apartemen sekitar pukul 16.02 WIB menggunakan mobil Grand Max.
Agus mengatakan, berdasarkan rekaman di CCTV, sebelum terjun EA sempat mencium kening ketiga anggota keluarganya itu. Bukan hanya itu, mereka lompat dari lantai 22 dengan kondisi tangan saling terikat.
“Para korban ini masuk dalam lift, terekam (dalam CCTV), ini EA mencium-cium kening dari ketiga orang lainnya. Setelah dicium-cium keningnya, AEL terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas,” kata Agus, Senin (11/3).