Rakyat Merdeka — Kepala keadaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO), Rabu (13/1/2021), memperingatkan tahun kedua pandemi virus corona kemungkinan lebih buruk, setidaknya dalam beberapa bulan pertama.
Selama diskusi daring dengan beberapa pejabat WHO lainnya, Mike Ryan menyampaikan hal itu mengingat dinamika transmisi dan masalah lain yang diamati hingga kini.
Ia berpandangan 2021 akan lebih sulit, terutama di bumi belahan utara. Dua varian virus yang diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan terbukti lebih mudah menular, jika tidak lebih berbahaya dan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Eropa.
Ryan menegaskan penting untuk belajar dari hal-hal yang berhasil dan tidak berhasil di setiap negara untuk memerangi virus itu dari berbagai aspek – sains, komunikasi publik, pemerintahan, dan menemukan kombinasi terbaik dari semua pembelajaran tersebut.
Ryan menyampaikan pada akhir tahun lalu, selama masa liburan terjadi penurunan yang tidak akurat dalam pelaporan terkait infeksi, sehingga memberi kesan dapat tenang dalam pandemi.
Ia menyatakan dalam seminggu terakhir itu, kasus meningkat lagi, dengan tambahan 5 juta infeksi Covid-19 di seluruh dunia dan 85.000 kematian.
Ryan menyatakan kecuali Asia Tenggara, semua wilayah di dunia menunjukkan lonjakan infeksi selama seminggu terakhir.
Amerika Serikat memimpin lonjakan kasus Covid-19 dengan menyumbang setengah dari jumlah kasus secara global dan 45 persen dari seluruh kematian akibat virus corona.
Eropa masih menyumbang sepertiga infeksi baru, tapi menunjukkan penurunan sebesar 10 persen dari minggu sebelumnya.
Pakar teknis WHO Maria van Kerkhove juga mengharapkan lonjakan infeksi setelah periode liburan itu memperburuk situasi di beberapa negara sebelum menjadi lebih baik.
Maria menyatakan, sejumlah negara telah berupaya mengendalikan virus dan masyarakat dapat kembali beraktivitas. Ia mendesak negara-negara itu sebisa mungkin melakukan segala upaya untuk mempertahankan situasi tersebut.