Rakyat Merdeka — Seorang wanita di Belanda menjadi orang pertama yang dilaporkan meninggal karena terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya. Pasien berusia 89 tahun tersebut meninggal dunia setelah tiga pekan terinfeksi kembali oleh Covid-19 untuk kedua kalinya.
Laporan tersebut tertulis dalam sebuah publikasi ilmiah yang terbitkan oleh Oxford University Press sebagaimana dilansir dari Mirror, pada Selasa (13/10/2020).
Pada saat kematiannya, dia menjalani kemoterapi karena mengidap kanker sel darah putih langka yang disebut Waldenstrom makroglobulinemia.
Peneliti mengatakan wanita itu awalnya menderita demam dan batuk parah ketika tiba di unit gawat darurat awal tahun ini, lapor Dutch News.
Dia dinyatakan positif terinfeksi virus corona dan dirawat di rumah sakit selama lima hari. Setelah itu gejalanya mereda sepenuhnya, kecuali kelelahan yang terus berlanjut, kata surat kabar itu.
Hampir dua bulan kemudian, dan hanya dua hari setelah menjalani putaran baru kemoterapi, dia mengalami demam, batuk, dan sesak napas. Saat dirawat di rumah sakit, saturasi oksigennya 90 persen dengan kecepatan pernafasan 40 napas per menit.
Dia kembali dites dan dinyatakan positif terinfeksi virus korona. Sementara itu, tes antibodinya menunjukkan hasil negatif pada hari keempat dan keenam.
“Pada hari kedelapan, kondisi pasien semakin memburuk. Dia meninggal dua pekan kemudian,” kata para peneliti.
Setelah menganalisis sampel tes yang diambil dari pasien, para peneliti mengatakan susunan genetik setiap virus yang pasien itu miliki berbeda.
Temuan tersebut membuat para peneliti menyimpulkan bahwa ‘kemungkinan’ dia terinfeksi Covid-19 kembali.
Laporan itu dimuat setelah ada laporan bahwa seorang pria berusia 25 tahun di Amerika Serikat (AS) terjangkit jenis virus corona yang sedikit berbeda. Dengan serangan kedua yang begitu parah, dia harus dirawat di rumah sakit dengan bantuan oksigen.