Rakyat Merdeka – Ketika Amit Shah, Menteri Dalam Negeri India, mengusulkan RUU nya di parlemen pada 9 Desember, ia “membingkainya” sebagai tindakan “belas kasihan”. Ia berjanji imigran dan pengungsi di negara tersebut akan diberikan akses yang lebih cepat untuk mendapat kewarganegaraan.
RUU tersebut disahkan di Lok Sabha, tempat Partai Bharatiya Janata (BJP) Shah berkuasa mutlak. Namun, India tidak menyambuh aturan kewarganegaraan baru dengan tangan terbuka. Di negara baian timur laut Assam dan Tripura, protes keras terjadi. Ratusan publik figur pun sudah menandatangi petisi dimana mereka menunjukkan bahwa mereka tidak menyukai RUU baru ini. Mereka menyebutnya sebagai serangan terhadap konstitusi India. Mereka juga menyebut bahwa ini bisa membuat negara menjadi seperti zaman Nazi di Jerman, atau bahkan Pakistan. RUU tersebut disahkan menjadi undang-undang pada 11 Desember.
Undang-undang ini hanya berlaku untuk imigran dari 3 negara: Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh. Meskipun secara khusus, India menerima penganut 6 agama, ini tidak termasuk pemeluk Islam.
Dengan menyuntikkan kepercayaan agama ke dalam pertimbangan kewarganegaraan, ini menantang sekularisme yang ada di konstitusi India. Para penentang melihat ini sebagai taktik yang disengaja terhadap tujuan nasionalis Hindu untuk mendefiniskan kembali India sebagai negara Hindu. Ini juga bertujuan untuk mengurangi komunitas pemeluk Islam sebanyak 200 juta orang.
Amit Shah pun telah memberikan keterangan bahwa ia berniat untuk membuat India menjadi tempat perlindungan utama bagi umat Hindu. Agama-gama lain yang disebut dalam UU hanya ada dalam 5% dari total populasi.
Baca Juga: Suku Bunga Global Terbebani Oleh Tabungan Asia
Di parlemen, Shah membantah bahwa RUU nya diskriminatif. Namun, di kampanye, ia mengungkapkan sesuatu yang berbeda. Bahkan, ia mencibir Rahul Gandhi, pemimpin partai Kongres, ketika Gandhi mengungkapkan keprihatinannya terhadap pemeluk Islam di negara itu. Shah pun meyakinkan masyarakat saat kampanye bahwa sebelum pemilihan nasional 2024, ia akan membuang semua umat Islam dari India.
Janji ini telah menjadi bagian dari manifesto pemilihan BJP sejak Narendra Modi menjadi Perdana Menteri pada 2014. Namun, sekarang hal ini sudah membuat marah bukan hanya umat Islam di India saja. Beberapa negara lain pun ikut mengkritik Modi.