Rakyatmerdeka – Berita News, Sepanjang masa kehamilan mestinya ibu hamil harus menjauhi paparan asap rokok dari lingkungan, apalagi sampai merokok.
Riset dari RS Persahabatan tahun 2013 menunjukkan, pada ibu yang tetap menghisap rokok, terdapat kadar nikotin di plasenta mencapai 3,08 pg/ml. Sedangkan pada ibu yang tidak merokok, terdapat kadar nikotin di plasenta jauh lebih rendah, yaitu 0,5 pg/ml.
“Nikotin mampu membuat pembuluh darah ke janin menjadi terganggu. Janin juga jadi kurang oksigen,” kata doker spesialis paru dari RS Persahabatan, Agus Dwi Susanto.
Masalah ini tak cuma untuk ibu hamil perokok, namun juga perokok pasif atau mereka yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan. Riset tersebut menemukan, kadar nikotin di plasenta pada ibu perokok pasif mencapai 1,23 pg/ml.
Agus menjelaskan, selain kekurangan oksigen, janin dari ibu perokok juga akan lebih sedikit menerima asupan nutrisi.
” Riset di RS Persahabatan menunjukkan, bayi yang dilahirkan dari seorang perokok, berat badannya lebih kecil dibandingkan dari ibu bukan perokok,” tutur Agus.
Riset tahun 2013 itu juga memperlihatkan, bayi yang lahir dari ibu perokok aktif mempunyai panjang badan sekitar 45 cm. Bayi yang lahir dari ibu perorok pasif panjang badan juga lebih pendek, yakni sekitar 46-47 cm.
Sementara itu, bayi dari ibu yang tidak merokok dan tidak terpapar asap rokok memliki panjang badan rata-rata 52 cm.
Ibu hamil yang merokok dapat menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungan menjadi terhambat. dan dapat berisiko mengalami kematian janin.
Sementara itu, anak yang lahir dari seorang ibu perokok juga berisiko terkena asma dan mempunyai tingkat kecerdasan lebih rendah. Untuk melindungi kesehatan diri dan juga janin, kebiasaan merokok seharusnya diberhentikan.