Rakyatmerdeka.co – News Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, meninjau fasilitas ramah perempuan dan anak di Kapal Gunung Dempo dengan tujuan Jayapura-Nabire.
Kapal bermuatan kurang lebih 1. 500 orang itu bakal berlayar menuju beberapa titik di wilayah Papua sampai Pulau Jawa. Dalam kunjungannya itu, Yohana mengakui menerima sejumlah keluhan dari penumpang kapal Gunung Dempo.
Yohana memaparkan, mayoritas keluhan yang disampaikan oleh beberapa penumpang salah satunya berkaitan ketidaksesuaian pembelian ticket, hingga kerapkali penumpang mesti tidur di koridor. Walau sebenarnya, penumpang sudah beli ticket dengan harga kelas tertentu. Hal semacam itu, katanya, peluang berlangsung lantaran ticket yang sama sudah di jual pada penumpang lain.
Diluar itu, tambah Yohana, penumpang juga mengeluhkan masalah alat pendingin yg tidak berperan dengan baik, orang merokok di sembarang tempat, serta banyak pedagang yang berjualan didalam kapal dengan harga benar-benar mahal.
” Sama seperti kunjungan sebelumnya, saya cuma menginginkan meyakinkan kondisi perempuan dan anak aman serta terproteksi, dan hak-hak mereka tercukupi, ” tutur Yohana selesai berkeliling menyapa masyarakat di deck Kapal Gunung Dempo, Sabtu (9/7).
Meskipun demikian, Yohana mengapresiasi upaya PT Pelni yang sudah mengakomodasi beberapa sarana yang ramah perempuan dan anak, seperti sudah terdapatnya ruangan laktasi untuk ibu menyusui serta arena bermain anak.
” Walau kecil, tetapi sekurang-kurangnya dapat digunakan oleh anak-anak untuk bermain sepanjang dalam perjalanan. Saya akan segera bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan supaya bisa tingkatkan service serta sarana, terlebih untuk perempuan dan anak, ” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Yohana sempat juga lakukan dialog dengan bebrapa ibu Papua yang sering berjualan diatas kapal. Ia menceritakan, saat berdialog, bebrapa ibu itu mengakui berjualan diatas kapal untuk menghidupi keluarga serta membayar uang sekolah anak-anak mereka.
Menurut pengakuan bebrapa ibu Papua itu, tutur Yohana, sebagian besar suami mereka tak bekerja, hingga tak ada alternatif lain terkecuali berjualan diatas kapal, walau mesti meninggalkan suami serta anak-anaknya dalam waktu cukup lama.
” Satu diantara program Kementerian PPPA, yaitu memfasilitasi golongan perempuan dalam industri kecil (rumahan), bisa digunakan oleh bebrapa ibu Papua untuk menolong memberi pendapatan keluarga tanpa ada mesti meninggalkan tempat tinggal, suami, serta anak-anak jangka waktu lama, ” tuturnya