RAKYAT MERDEKA — Raja dari Puri Agung Denpasar Bali atau Raja Denpasar IX, yakni Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan, diberitakan meninggal dunia di usia 80 tahun ketika menjalani perawatan di RSUP Prof Ngoerah.
Berdasarkan konfirmasi dari putra tertua dari Raja Denpasar IX, yaitu Anak Agung Ngurah Agung Wira Bima Wikrama di Denpasar, Minggu, menjelaskan bahwa ayahanda meninggal dunia pada Minggu dini hari sekitar pukul 00.00 Wita di ruang Wings Internasional RSUP Prof Ngoerah usai menjalani rawat inap selama 10 hari.
“Sudah lama sakit liver, bolak-balik rumah sakit, mungkin 1 bulan terakhir mulai kambuh bolak-baliknya lebih rutin,” jelas Agung Wira.
Jenazah dari raja yang dilantik pada 2005 lalu tersebut sudah berada di rumah duka Puri Agung Denpasar, Jalan Veteran, usai sebelumnya dibawa dari rumah sakit sekitar pukul 9.30 Wita Minggu pagi.
Setelah jenazah tiba di Puri Agung Denpasar, Agung Wira mengatakan, tokoh-tokoh puri di Denpasar yang merupakan semeton atau kerabat juga hadir menerima alm. Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan.
“Ada namanya manca agung, semuanya datang tadi. Ada namanya Puri-puri Para Putra Denpasar, yaitu putra-putra yang mendirikan puri-puri dan mereka yang lahir dari Raja Denpasar Pertama I Gusti Ngurah Made Pemecutan. Kalau ditotalkan ada 25 puri, selain itu ada namanya Griya Bhagawanta,” kata putra tertua raja.
Kepada awak media, dosen Universitas Mahendradatta tersebut menyampaikan bahwa dia maupun saudara dan keluarga puri tidak merasakan atau mendapat firasat apapun sebelum Raja Denpasar IX meninggal dunia.
“Firasat tidak ada, kita mengikuti kehendak Tuhan, kalau memang sudah waktunya ya kita ikhlaskan, tapi kita keluarga tetap berusaha untuk menyelamatkan, tapi Tuhan yang menentukan, termasuk tim dokter juga sudah berupaya maksimal,” ujarnya.
Meninggalnya Raja Denpasar IX
Sebelum tutup usia di RSUP Prof Ngoerah yang sebelumnya bernama RSUP Sanglah, Agung Wira menyebut bahwa ayahanda sempat berobat di RS Bali Mandara.
“Sebelumnya dirawat juga di RS Bali Mandara, sempat bolak-balik 3-5 hari, tapi akhirnya sudah kesulitan dan dinasehati pindah ke Sanglah,” ucapnya.
Tak hanya melakukan pembersihan atau nyiratin bale tempat jenazah dibaringkan, belum ada prosesi lebih lanjut, sebab pertemuan untuk membahas rangkaian upacara Raja Denpasar IX baru dilakukan pada Minggu (26/2) dengan diikuti penglingsir puri dan tokoh agama.