Rakyatmerdeka – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhulkam) Wiranto mengungkapkan ada sejumlah rencana kejahatan yang sebenarnya akan dilakukan saat demonstrasi 22 Mei 2019. Namun, rencana tersebut berhasil di gagalkan oleh pihak Kepolisian.
Wiranto menilai ada upaya untuk mengarahkan massa melakukan penjarahan. Targetnya adalah mereka yang merupakan keturunan di Indonesia seperti 21 tahun lalu saat Mei 1998. “Aksi untuk untuk membakar dan menjarah pusat – pusat perbelanjaan dan pemukiman etnis Tionghua, juga tidak terjadi, dengan upaya penjagaan yang ekstra ketat oleh TNI dan Polri,” tegasnya.
Wiranto menjelaskan kerusuhan 21-22 Mei 2019 di ibu kota, saat bertemu tokoh – tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan yang diketuai oleh Mahfud MD. Terungkap, selain aksi demo dan perusuh yang menyerang petugas, ternyata ada aksi lainnya yang bisa digagalkan oleh TNI dan Polri, sehingga negara tetap kondusif.
Pertama, adanya serangan teror dari pelaku terorisme yang sudah menyiapkan diri untuk memanfaatkan momen 21-22 Mei 2019, namun dapat dinetralisir sebelumnya oleh aparat keamanan.
Kedua, serangan hoaks kampanye hitam yang terus menerus membangun opini negatif tentang kebijakan pemerintah, pelaksanaan pemilu, maupun dalam rangka memobilisasi massa datnag ke jakarta.
Ketiga, aksi menghabisi para pejabat negara melalui pembunuh bayaran yang di pasok senjata oleh sponsor. “Aksi ini pun dapat digagalkan oleh aparat keamanan yang saat ini telah menangkap para pelakunya, “ujar Wiranto dikantornya.
Dan yang terakhir, aparat keamanan bisa mencegah adanya aksi membakar dan menjarah pusat pembelanjaan dan pemukiman warha keturunan Tionghua.
Dengan mengingat kembali pada Mei 1998 merupakan hasil kulminasi dari malapetaka ekonomi yang memukul Asia dan krisis politik. Emosi negatif masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi mencapai titik didihnya, dan pada kejadian 22 Mei 2019 ini sepertinya ingin mengulang kejadian yang sama pada tahun 1998 Mei yaitu kerusuhan berupa penjarahan di kawasan pertokoan atau pembelanjaan meletup di berbagai wilayah. Bersama dengan itu, ribuan mahasiswa yang jengkel dengan rezim Orde Baru beserta kroninya, juga turun ke jalan untuk berdemontrasi.
Baca Juga: Moeldoko di Ancam Akan Dibunuh
Demi mencegah tragedi Mei 1998 terulang kembali, aparat penegak hukum telah memiliki banyak bukti dari penangkapan tokoh inteletual maupun para perusuh, dan sementara sedang didalami untuk mengungkap lebih jauh tentang kasus 21-22 Mei 2019 dengan semua pelibatannya.
“Masyarakat harap tenang, tidak terpengaruh berbagai spekulasi yang saat ini ramai berkembang di masyarakat, terutama lewat dunia maya TNI da Polri tetap kompak dan selalu siaga guna menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,” papar Wiranto.
Dalam konferensi pers dikantor Kemenko Polhukam, yang bertempat di Jakarta Pusat, Senin 27 Mei 2019. Iqbal mengatakan pihaknya sudah menetapkan tersangka yang berinisial HK alias Iwan, AZ, IR, dan TJ sebagai eksekutor. Lalu ada satu nama perempuan berinisial AF alias Vivi, yang berperan sebagai penjual senjata api mulai dari harga Rp 5 juta sampai dengan Rp 50 juta.
Selain rencana penjarahan tempat pembelanjaan dan pemukiman etnis Tionghua, pasca aksi 21-22 Mei 2019 juga ada rencana pembunuhan empat tokoh nasional dalah pejabat negara, ungkap Iqbal. Namun dirinya enggan membocorkan identitas empat tokoh nasional secara gamblang kepada publik. Iqbal juga menegaskan bahwa pihak Polri sudah mengantongi identitas seseorang yang memberi perintah tersebut.